Artikel ini ditulis oleh Crystal Susiana.
Kamu bisa kunjungi langsung blognya disini 😉
Di Belanda, usia 18 tahun sudah disebut usia dewasa. Di umur ini, seseorang sudah dianggap bisa menentukan sendiri gaya hidupnya, termasuk menentukan pekerjaan dan tempat tinggal sendiri. Bukan gaya hidup spesial lagi jika seseorang yang baru menginjak usia 18 tahun untuk pindah ke kota lain, bersekolah/bekerja, dan tinggal di rumah kontrakan sendiri atau bersama teman.
Gue sendiri juga mengalami fase ini, walaupun agak terlambat. Fase tinggal sendiri ala gue dimulai saat umur 24 tahun, ketika gue pindah ke Belanda. Saat itu, gue tinggal di studio apartemen milik kampus yang disewakan ke mahasiswa internasional. Setelah satu tahun tinggal di studio tersebut dan kontraknya sudah habis, gue memutuskan untuk mencoba housesharing alias mencari kamar di rumah yang disewa oleh beberapa orang.
Awalnya gue kira housesharing itu sama seperti rumah kost. Ternyata beda! Perbedaan yang paling mencolok adalah, housesharing nggak punya ibu kost. Jika kita memutuskan untuk tinggal bersama beberapa orang, rumah tersebut akan jadi tanggung jawab kita sendiri. Ada rumah yang memberlakukan sistem jadwal membersihkan rumah, ada juga yang sukarela. Ada rumah yang menyewa tenaga cleaning lady seminggu sekali, ada juga yang tidak.
Menurut gue, housesharing lebih menantang karena disitulah kita belajar mandiri. Memang sih kita akan share toilet, kamar mandi, dapur dan ruang nonton, tapi begitu masuk kamar kita, ya itu adalah wilayah kita. Housesharing juga melatih skill komunikasi dan skill negosiasi kita, gimana caranya kita bisa ngomong dengan baik ke teman serumah jika dia terlalu berisik atau jika dia sering telat bayar uang sewa bulanan.
Nah, awalnya gue pikir sistem housesharing hanya ada di negara-negara Barat. Ternyata konsep ini sudah dicoba di Indonesia, bahkan ada website-nya! Jika kamu kepingin coba tinggal sendiri dan mau nyari teman serumah yang cocok, coba deh pergi ke website Serumah.com.
Apa itu Serumah.com? Website ini adalah ajang cari jodoh untuk mencari teman serumah yang tepat. Jadi bukan kayak OKCupid atau Tinder, ya :p Serumah.com dibangun karena para penemunya merasakan adanya tuntutan mencari teman serumah bagi mahasiswa atau entry-level workers untuk menekan biaya hidup di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dll. Bener lho, jika kalian mencari teman serumah, niscaya biaya hidup bisa ditekan jadi jauh lebih murah. Bandingkan dengan kost yang makin lama makin mahal, dan kita nggak bisa main cocok-cocokkan terlebih dulu dengan penghuninya.
Yang bikin Serumah ini menarik, setelah kamu mendaftar, maka kamu bisa mengiklankan rumah/kamar kamu atau mengiklankan bahwa kamu sedang mencari teman serumah/sekamar. Ada banyak juga preferensinya, apakah kamu mau cari teman serumah yang merokok, gendernya sama, atau mau cari teman serumah yang sudah sama-sama bekerja atau masih kuliah juga bisa.
Seandainya konsep seperti ini ada di Belanda! Sejauh ini, pengguna Facebook bisa menggunakan jasa grup di Facebook untuk mencari teman serumah atau mencari rumah baru yang bisa disewa. Tapi nggak ada website yang bisa menggabungkan pencari kamar/rumah dengan pencari teman serumah/sekamar seperti Serumah ini.
Kalau kamu tinggal di kota besar, nggak mau ngekost karena mahal, coba deh pikirkan opsi housesharing seperti yang ditawarkan Serumah. Mau lebih asyik lagi? Daftar aja di Serumah mulai dari sekarang. Gratis lho!
Selamat belajar mandiri dengan housesharing!