Trend berbagi tempat tinggal sepertinya sudah bukan hal yang baru lagi di Jakarta. Biaya hidup yang bisa dibilang cukup tinggi di kota metropolitan membuat sharing tempat tinggal menjadi salah satu opsi tepat untuk berhemat. Setidaknya itu yang saya pelajari dari obrolan saya dengan Anggi Aishaturida, 24 tahun, yang bekerja sebagai Event Manager. Yuk, simak pengalaman Anggi ketika berbagi tempat tinggal dengan dua teman perempuannya.
Berapa lama kamu berbagi tempat tinggal?
Selama kurang lebih satu tahun.
Bisa jelaskan tipe tempat tinggal kamu?
Waktu itu kami tinggal di Apartemen Green Palace, Rawajati, Pancoran, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, 12750 dan menyewa sebuah apartemen dengan dua kamar. Tapi salah satu kamar ukurannya lebih besar dari yang lainnya.
Bisa ceritakan sedikit bagaimana kamu bisa memilih untuk tinggal di sana?
Waktu itu aku pikir tinggal di apartemen bisa lebih menguntungkan daripada di kos-kosan. Pertama, tentu biaya sewanya bisa lebih murah kalau dibagi bersama. Kedua, dengan biaya lebih murah, kita sudah bisa mendapatkan berbagai fasilitas seperti ruang keluarga (meskipun nggak terlalu besar, ya), dapur, akses ke kolam renang dan gym.
Bagaimana kamu pertama kali bisa menemukan apartemen itu?
Dari kabar teman-teman aja sih, alias word of mouth.
Lalu bagaimana kamu bisa menemukan flatmate atau teman sekamarmu?
Kita memang sudah berteman. Aku bertemu salah satu flatmate-ku di kos-kosan dulu. Kita sama-sama ngekos di sana. Kita kemudian berteman baik, bahkan bekerja di tempat yang sama juga. haha. Nggak terpisahkan, ya. Tapi flatmate-ku yang satu lagi sebetulnya temannya temanku itu, tapi saat pertama kenal, kita langsung akrab (aku kan ramah dan mudah bergaul. hahaha). Akhirnya kita bertiga memutuskan untuk tinggal bersama.
Bisa ceritakan serunya berbagi tempat tinggal dengan mereka?
Pokoknya aku selalu merasa benar-benar sedang tinggal di rumah dengan keluarga, karena memang rasanya nyaman sekali. Kita bisa masak bareng, makan bareng, dan melakukan berbagai kegiatan bersama-sama. Selain itu, kalau mau membersihkan kamar mandi pun nggak perlu jijik, karena mereka teman-teman sendiri dan cewek-cewek cantik. haha.
Wah, seru ya. Nah, kalau ada suka pasti ada duka. Bisa ceritakan?
Hmm..ada sih saat-saat canggung di apartemen, misalnya kalau salah satu dari kami ada yang menerima tamu laki-laki di ruang keluarga. Aku harus mengurung diri di kamar karena tidak enak rasanya kalau mondar mandir dengan pakaian santai. haha. Contoh lain mungkin saat flatmate-ku sedang sibuk-sibuknya di kantor hingga tidak punya waktu untuk bersih-bersih atau membeli persediaan makanan meskipun sudah gilirannya. Akhirnya persediaanku yang jadi korbannya. Sebenarnya aku agak terganggu tapi rasanya sungkan untuk menegur karena kesannya terlalu perhitungan.
Apa pendapatmu soal flatsharing atau berbagi tempat tinggal? Apakah itu sesuatu yang kamu rekomendasikan ke orang lain?
Tentu saja aku akan merekomendasikannya, karena kalau kita sharing tempat tinggal dengan orang-orang yang tepat, itu bisa jadi pengalaman yang sangat seru. Tapi aku akan ceritakan suka dan dukanya agar siapapun yang mau mencoba tidak kaget dan sudah siap dengan berbagai manfaat maupun kendalanya.
Apa pendapatmu soal tren flatsharing yang semakin berkembang ini?
Ya, flatsharing memang sudah menjadi trend. Tapi aku masih melihat orang-orang yang belum bisa menerima itu. Mungkin karena sebagian orang masih kental dengan adat dan kebiasaan, seperti tidak mempercayai orang asing atau orang yang baru dikenal. Sepertinya sebelum seseorang bisa merasa aman dan nyaman untuk tinggal bersama, butuh banyak usaha meyakinkan.
Jadi apa pendapatmu tentang situs pencari housemate/flatmate seperti Serumah.com? Apakah bermanfaat?
Ya, tentu saja. Karena tidak mudah untuk bisa menemukan housemate yang tepat dan cocok denganmu.