“Saya nggak tau harus sedih atau senang”, ungkap Ben yang bekerja sebagai Production Assistant, saat kami berbincang suatu sore. Saya akan merasakan hal yang sama kalau itu adalah housemate saya yang akan pindah dari tempat tinggal kami untuk menikah. Tetapi yang pasti, rumah yang mereka tinggali bersama sudah diisi dengan kenangan yang menyenangkan. Simak obrolan saya dengan Ben.
Sudah berapa lama kamu menyewa rumah bersama temanmu?
Sudah sekitar sepuluh bulan.
Bisa deskripsikan rumah yang kalian tinggali bersama?
Kami saat ini tinggal bersama di sebuah rumah di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Kami punya dua kamar tidur, satu ruang keluarga, sebuah dapur, sebuah gudang, dan satu kamar mandi.
Boleh ceritakan awal kamu akhirnya memutuskan untuk tinggal di rumah ini?
Teman saya, Dedi, sudah tinggal lebih dulu di sini bersama temannya selama kurang lebih dua tahun. Tetapi housemate-nya itu akhirnya pindah dan Dedi meminta saya untuk menggantikannya. saya setuju saja, soalnya saat itu juga kebetulan sedang mencari tempat tinggal yang dekat dengan kantor.
Ada faktor lain yang membuatmu memilih rumah ini?
Lokasinya. Soalnya terletak di lokasi yang cukup strategis. Selain itu, saya juga suka lingkungannya. Tenang dan nyaman.
Ceritakan dong pertama kali kamu bertemu dengan housemate-mu
Ia teman SMA saya. Kami sama-sama berasal dari Medan (Sumatera Utara). Tetapi ia lebih dulu menemukan rumah ini dan tinggal lebih dulu dengan temannya. Setelah housemate-nya pindah, ia minta saya untuk menggantikannya. Karena sama-sama dari Medan dan saya sudah kenal baik juga, saya langsung mengiyakan saja. Waktu itu saya pikir kita akan langsung nyambung, karena punya latar belakang budaya yang sama.
Bisa ceritakan keuntungan house sharing dengan temanmu?
Tentu saja biaya sewa yang lebih murah. Selain itu, kita tidak perlu beli banyak barang atau furnitur karena semuanya bisa berbagi. saya juga senang karena jarang merasa kesepian, selalu ada teman di rumah. Kan rasanya tenang. Apalagi kalau lelah setelah pulang kantor, setibanya di rumah masih ada teman untuk mengobrol. Hal lain yang penting juga, ketika kita sakit ada yang mengurus, atau bisa membantu mengantar ke rumah sakit.
Apakah ada kesulitan selama berbagi tempat tinggal?
Hmm… Kami dulu sebetulnya tidak terlalu dekat saat SMA, jadi awalnya banyak saat-saat canggung dan obrolan basa basi. Tapi akhirnya sih sudah saling terbiasa, jadi lebih santai. haha.
Bagaimana pendapatmu tentang tren house sharing atau berbagi tempat tinggal yang semakin berkembang ini?
Memang sudah menjadi tren sih, tetapi sepertinya masih belum benar-benar bisa diterima secara keseluruhan di Indonesia. Mungkin karena masih terikat kebiasaan dan adat tertentu.
Apakah kamu akan merekomendasikan house sharing ke orang lain?
Tentu saja. Lagipula, dari segi ekonomi, memang benar-benar bermanfaat. saya juga akan merekomendasikan house sharing terutama kepada mereka yang ekstrovert. Karena biasanya mereka terbiasa memiliki keinginan untuk berbagi segala hal dengan orang lain, termasuk benda atau hanya sekedar cerita. Tapi tentu harus hati-hati ketika memilih housemate. Sebaiknya pilih orang yang bisa berkomunikasi baik dengan kita. Menurut saya, house sharing bisa jadi pelatihan untuk mereka yang mau belajar toleransi, kesabaran, cara bersosialisasi, dan sebagainya. House sharing juga bisa melatih kita untuk tidak terlalu individualis.
Oh iya, apakah kamu akan mencari pengganti untuk housemate-mu yang akan menikah?
Ya, betul. Saat ini saya sudah menyebar berita ke teman-teman saya untuk mencari orang yang punya preferensi dan latar belakang kurang lebih sama dengan saya. Dengan begitu, kita bisa saling mengerti dan lebih enak untuk berbagi. Tapi saya juga akan mencari di Serumah.com. Tidak ada ruginya menggunakan berbagai macam metode untuk mencari housemate yang tepat, dan Serumah.com bisa membantu.