Rumah bisa berarti lebih dari sekedar tempat yang kita tinggali, tetapi juga bisa menjadi sarang kreativitas. Itulah yang saya dapatkan dari perbincangan saya dengan Amalia, Graphic Designer berumur 26 tahun ini. Menyenangkan sekali mengobrol dan mendengarkan ia bercerita mengenai pengalaman flatsharing-nya. Simak obrolan kami di sini.
Sudah berapa lama kamu berbagi apartemen?
Sudah dua tahun, kurang-lebih.
Bisa jelaskan tipe apartemenmu?
Saya tinggal di sebuah apartemen dengan tiga kamar di Sudirman Park, Karet Tengsin, Tanah Abang, Central Jakarta City, Jakarta 10250. Di sini ada dua kamar mandi, satu dapur, dan sebuah ruang tengah.
Apa saja faktor yang membuatmu memilih tipe tempat tinggal ini?
Lokasi merupakan hal yang sangat penting bagi saya. Saya ingin tinggal di tempat yang terletak tepat di tengah kota, serta dekat dengan kantor saya. Faktor pendukung lain yaitu adanya security 24 jam di gedung ini yang membuat saya merasa aman dan nyaman.
Bisa ceritakan bagaimana kamu bisa menemukan sewa apartemen Sudirman Park ini?
Teman saya, yang tadinya sekantor dengan saya, sudah tinggal di sini lebih dulu. Kemudian ia mencari teman untuk sewa bareng dan akhirnya menawarkan kepada saya. Kalau tidak salah, ia juga menemukan apartemen ini pertama kali melalui berita mulut.
Lalu bagaimana awal kamu bertemu dengan flatmate atau teman sekamarmu?
Saya saat ini tinggal dengan dua teman perempuan lainnya. Keduanya adalah teman sekantor saya di kantor yang lama. Dulu saat kerja bareng, kami cukup dekat. Jadi, setelah tidak kerja di sana lagi, kami tetap menjaga hubungan baik dan masih saling kontak. Salah satu dari mereka sudah tinggal di apartemen ini lebih dulu, kemudian ia mulai merasa kalau apartemennya terlalu besar untuk ditinggali sendiri. haha. Akhirnya ia memutuskan untuk berbagi dengan dua orang lagi.
Apa keuntungan flatsharing dengan mereka?
Yang utama mungkin bisa berbagi beban biaya hidup. Berkurang hingga setengahnya atau bahkan lebih. Selain itu, hal-hal menyenangkan yang bisa dilakukan bersama, misalnya memasak makanan untuk dimakan bersama-sama. Keuntungan lainnya bisa dirasakan ketika salah satu dari kami sakit atau punya masalah. Setidaknya pasti ada teman yang bisa membantu. Benar-benar rasanya kami berfungsi sebagai pengganti keluarga. Memiliki flatmate seperti mereka juga sangat menginspirasi. Bahkan, kami akhirnya punya ide untuk membangun bisnis bersama setelah tinggal bareng. Saat ini, kami sedang mencoba mengembangkan clothing line bersama-sama.
Wah, seru sekali! Bagaimana dengan kesulitannya?
Mungkin satu-satunya kesulitannya hanya perbedaan karakter dan kebiasaan saja. Ada yang lebih rapi atau lebih berantakan dari yang lainnya. Tapi selama semuanya bisa didiskusikan, tidak akan jadi masalah.
Apa pendapatmu soal tren flatsharing yang semakin berkembang ini?
Menurut saya di Indonesia masih ada masalah individualitas dan kebutuhan privasi yang tinggi jadi belum bisa benar-benar siap menerima flatsharing. Selain itu, ada isu kriminalitas juga. Kita terkadang terlalu sibuk memikirkan sejuta kemungkinan buruk yang bisa terjadi ketika berbagi tempat tinggal dengan orang lain. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu, pikiran masyarakat akan semakin terbuka dan tidak bisa dipungkiri kalau flatsharing sudah menjadi kebutuhan dan tentu memiliki berbagai macam manfaat.
Apakah kamu akan merekomendasikan flatsharing kepada orang lain?
Ya, tentu saja. Tapi kita harus hati-hati ketika memilih flatmate atau teman tinggal. Pastikan karakter atau kepribadiannya tidak bertentangan denganmu.
Bagaimana pendapatmu soal Serumah.com?
Kalau saya tidak sedang flatsharing saat ini, saya pasti akan menggunakannya. Menurut saya Serumah.com bisa berguna sekali. Mungkin yang paling penting untuk saya, menggunakan filter yang ada untuk mencari flatmate dengan tingkat kebersihan dan kerapihan yang sama dengan saya. Saya tidak terlalu keberatan jika flatmate saya merokok atau tidak, atau memiliki pemikiran liberal atau konservatif.