ngekos, anak kost

Hidup di Jakarta berarti harus siap untuk menghadapi kejamnya jalanan. Melakukan perjalanan untuk pergi ke kantor sudah menjadi sesuatu yang semakin sulit untuk dilakukan. Mereka yang tinggal di area pinggir kota harus menghabiskan waktu hingga lima jam sehari untuk pergi ke kantor maupun pulang ke rumah. Sungguh membuang-buang waktu, bahan bakar, produktivitas, juga sedikit demi sedikit, kesehatan pikiran. Kita semua tahu bahwa tidak mudah untuk tetap tenang saat merasa terkurung di dalam kaleng, di tengah kaleng-kaleng lainnya yang bergerak sangat pelan. Ya, dengan kata lain, terjebak macet.

Tentu saja kita bisa mendelegasikan tugas menyetir kepada seorang supir — dan kita bisa tidur/bekerja selama perjalanan. Namun bisakah seseorang bekerja secara maksimal ketika dalam perjalanan? Atau bisakah seseorang benar-benar tidur di jalan? Tentu tetap tidak akan bisa menggantikan tidur yang biasanya dilakukan di malam hari di atas kasur, jadi waktu masih terbuang percuma.

Solusi lain untuk permasalahan di atas yaitu pindah tempat tinggal ke daerah yang lebih dekat ke tempat bekerja. Jika dilihat dari segi budget, ada dua tipe tempat tinggal yang umumnya tersedia di area sekitar pusat perkantoran, yaitu: “kos-kosan” dan apartemen.

Ngekos

Berasal dari bahasa Belanda “In-de-kost” yang berarti ‘tinggal sementara’. Saat ini sudah disingkat menjadi kost, ngekos atau “kos-kosan”, yaitu tempat dimana pemilik properti menyewakan kamar untuk ditinggali. “Kos-kosan” awalnya merupakan rumah yang terletak di daerah strategis, dekat dengan perkantoran atau kampus. Dengan begitu, pemilik bisa menyewakan kamar yang tersedia bagi yang membutuhkan. Saat ini, “kos-kosan” sudah berevolusi menjadi sekumpulan kamar yang dirawat layaknya sebuah apartemen studio, dengan opsi ruang tengah dan dapur bersama, maupun pribadi. Biasanya beberapa layanan disediakan, seperti laundry dan pembersihan kamar.

Apartemen

Harga tanah di perkotaan sepertinya semakin hari semakin meningkat sehingga sudah sulit rasanya untuk membangun rumah. Tidak heran, jika kemudian gedung-gedung apartemen tinggi menjadi menjamur. Umumnya apartemen terletak di lokasi yang strategis dan dengan akses yang cukup mudah. Beberapa bahkan menempel dengan pusat perbelanjaan atau gedung perkantoran. Berbeda dengan kos-kosan yang biasanya berupa kamar, apartemen lebih menyerupai sebuah rumah kecil lengkap dengan dapur, ruang tengah, serta area layanan.

Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan ketika ingin menentukan tempat tinggal.

Seberapa besar budget-mu?

Hal ini adalah yang paling utama. Berapa biaya yang ingin kita habiskan untuk akomodasi? Umumnya, biasa akomodasi seharusnya ada dalam kisaran 35% dari pendapatan. Jumlah ini termasuk biaya untuk listrik, air, TV berlangganan, perawatan, kebersihan, dan sebagainya. Misalnya, pendapatan kita adalah Rp 10,000,000 per bulan, maka maksimal biaya yang bisa dihabiskan untuk akomodasi adalah Rp 3,500,000.

Perhitungan ini seharusnya dapat membantu kita menentukan tempat tinggal. Akan menguntungkan jika kita dapat menghabiskan kurang dari itu, tetapi ingat, tempat tinggal adalah tempat dimana kita akan tidur, beristirahat, dan mengisi kembali tenaga yang habis, jadi pastikan tempat yang kita pilih tetap nyaman.

Biaya sewa sebuah kos-kosan biasanya sudah termasuk biaya tambahan lainnya. Selain itu, pembayarannya biasa dilakukan per bulan.

Namun untuk apartemen, biaya sewa terkadang belum termasuk biaya servis, air, dan listrik. Serta ada juga biaya untuk helper, petugas kebersihan, dan biaya parkir. Sistem pembayaran apartemen biasanya untuk jangka panjang — tahunan, jadi umumnya apartemen cocok untuk mereka yang sudah mapan dan memiliki pendapatan yang stabil.

Lokasi, lokasi, lokasi

Melihat problem lalu lintas Jakarta yang sepertinya semakin parah, lokasi menjadi hal yang sangat penting, setidaknya hingga 2018 ketika MRT direncanakan sudah beroperasi. Semakin dekat lokasi kita dengan kantor atau pusat kegiatan kita, semakin baik.

Seringkali kos-kosan tersedia masih dalam jarak tempuh berjalan dari pusat kegiatan, contohnya di area belakang sebuah gedung perkantoran. Namun, ada ruginya dikenal sebagai seseorang yang tinggal paling dekat dengan kantor. Tidak ada lagi alasan untuk terlambat, selain itu apabila tidak sengaja meninggalkan sesuatu di rumah, tidak ada alasan untuk tidak bisa mengambilnya — tinggal jalan saja. Tetapi di sisi lain, tentu enaknya tinggal dekat sekali dengan kantor yaitu jam berangkat yang bisa berbeda tipis dengan jam masuk kantor (jika jam kerja mulai pukul 8:30, tidak masalah jika ingin berangkat pukul 8:15).

Satu hal lagi yang perlu diperhatikan adalah pemilihan mode transportasi, apakah kita akan menggunakan mobil atau motor pribadi, atau transportasi umum. Ini akan mempengaruhi budget transportasi. Persentase biaya yang direkomendasikan yaitu berkisar 15-20% dari pendapatan.

Bagaimana dengan akses menuju tempat tinggalmu? Apakah ada “pangkalan ojek” yang beroperasi dekat dengan lokasi? Apakah banyak taksi yang lalu lalang? Apakah tersedia halte bus? Bus apa saja yang melewati jalan utama? Apakah aman untuk melalui jalan tersebut ketika berjalan sendirian pada malam hari? Apabila menyetir mobil pribadi, bisakah kita dengan mudah melalui jalan menuju lokasi? Apakah tersedia lahan parkir yang cukup? Apakah biaya parkir sudah termasuk? Jika belum, berapa biayanya?

Jika memilih apartemen, kemungkinan kita akan memasak dan makan di sana, jadi disarankan memilih apartemen yang memiliki akses mudah atau dekat ke swalayan atau supermarket. Jika memilih kos-kosan, kemungkinan kita akan membeli makanan yang sudah jadi. Pastikan ada penjual makanan dekat dari lokasi yang menjual makanan standar sesuai dengan selera serta diet yang sedang dijalani.

Privasi

Edward, seorang wirausahawan berusia 41 tahun, menjelaskan, “Saya menghargai privasi saya, saya tidak menyukai adanya orang asing di ruang pribadi saya. Itulah mengapa saya menyewa apartemen.”

Kebanyakan dari kita memiliki toleransi lebih dalam hal ini, bahkan beberapa lebih menyukai keberadaan orang lain di ruang pribadi dan dianggap sebagai seseorang yang bisa menemani.

Tingkat privasi yang tersedia di kos-kosan bisa beragam. Dari yang paling pribadi atau individualis (bahkan terkadang tidak tahu siapa yang tinggal bersebelahan denganmu), hingga yang menjunjung tinggi nilai kebersamaan (teman satu kos bisa saling berkumpul dan berbincang setiap malam), dimana ada ruang tengah serta dapur yang dipakai bersama-sama, jadi besar kemungkinan untuk bersosialisasi.

Beberapa kos-kosan memiliki peraturan dan persyaratan. Misalnya, tidak boleh menerima tamu di dalam kamar, atau gerbang yang akan dikunci pada jam tertentu jadi mengharuskan kita untuk pulang sebelum jam tersebut (kecuali akan menginap di tempat lain).

Apartemen, bisa memberikan lebih banyak privasi. Kita bisa memiliki kebebasan untuk melakukan apa saja, selama masih dalam ruang pribadi.

Kenyamanan

“Saya memilih untuk tinggal di kos-kosan karena saya tidak perlu membuang terlalu banyak tenaga untuk perawatannya, semuanya sudah ada yang mengurus. Semua peralatan bersih dan rapi, bahkan baju-baju saya juga dicuci dan digantung”, Winda, eksekutif muda berumur 38 tahun yang tinggal di kos-kosan elit daerah SCBD, menjelaskan.

Meskipun tinggal di kos-kosan, ia cukup mendapatkan banyak privasi karena semua teman satu kosnya adalah kaum profesional. Sama seperti Winda, mereka cenderung tidak ingin bersosialisasi di “kosan”. “Saya suka tinggal di sini karena semua orang tidak ikut campur urusan orang lain. Saya tidak harus melakukan banyak, paling hanya tersenyum atau menyapa saat berpapasan dengan teman kos”.

Kontras dengan Mary, seorang pengajar Pilates berumur 33 tahun, yang menganggap saling menghibur dan bersosialisasi sebagai hal yang penting. Ia memilih untuk tinggal di apartemen karena “Saya suka sekali memasak jadi saya memerlukan dapur pribadi. Saya suka memasak dan mengundang teman-teman saya untuk makan bersama. Itulah mengapa saya membutuhkan ruang untuk itu. Sepertinya hal tersebut tidak bisa saya lakukan di sebuah kos-kosan.”

Fendy, seorang wirausahawan berumur 28 tahun yang memiliki toko pakaian di Tanah Abang menjelaskan, “Saya lebih memilih untuk menyewa sebuah kamar studio di rumah susun daripada kos-kosan karena biaya sewanya hampir sama tetapi saya bisa punya ruang lebih untuk menyimpan barang dagangan saya.”

Agar bisa menentukan tempat yang pas dan nyaman, hal pertama yang harus diketahui adalah kebutuhan kita.

Seberapa besar ruang yang dibutuhkan? Apakah kita akan menyimpan banyak barang? Apakah kita akan menerima banyak tamu? Pekerjaan rumah — apakah kita akan melakukannya sendiri? Atau membayar orang lain untuk melakukannya? Jika tinggal di apartemen, apakah kita menyediakan budget untuk petugas kebersihan?

Apakah ada aktivitas tertentu yang ingin kita lakukan? Misalnya memasak, berolahraga, yoga, meditasi, menonton film dengan full-surround sound, dan sebagainya.

Saya pikir fasilitas apartemen (kolam renang, taman, gym) adalah faktor yang cukup penting, namun ternyata tidak selalu begitu. Bahkan terkadang bisa menjadi hal yang terakhir dipikirkan karena pada akhirnya orang jarang menggunakannya. Tetapi, orang-orang yang saya temui dan berpendapat demikian kebanyakan tidak memiliki anak. Sedangkan untuk sebuah keluarga yang memiliki anak-anak kecil, sebuah kolam renang & taman bisa menjadi pertimbangan krusial karena berkaitan dengan aktivitas si kecil.

Opsi lain — berbagi apartemen

Alternatif lain, di antara kos-kosan dan apartemen, yaitu berbagi apartemen. Kita bisa menikmati berbagai fasilitas apartemen dengan biaya yang lebih rendah karena dibagi bersama orang lain. Tinggal bersama dengan orang lain berarti kita perlu mempercayainya, mencocokkan kebiasaan, sering bersinggungan, serta berbagi fasilitas.

Berbagi apartemen adalah hal yang umum di budaya Barat, tapi tidak di Indonesia. Di sini, biasanya berbagi apartemen dilakukan dengan teman yang sudah dikenal baik atau bahkan sanak saudara, melalui rekomendasi atau kabar mulut.

Sebetulnya berbagi apartemen bisa menjadi solusi yang tepat untuk mereka yang ingin tinggal di apartemen namun memiliki budget terbatas.

Kecil kemungkinannya sesuatu seperti cerita film Single White Female (sebuah film Amerika bergenre thriller tahun 1992) terjadi. Semua hanya soal menemukan teman terbaik untuk berbagi apartemen.

Kesimpulan

Memilih tempat tinggal merupakan keputusan yang sangat penting dan tidak bisa dianggap remeh. 4 hal utama yang perlu dipertimbangkan yaitu budget, lokasi, privasi, dan kenyamanan — semua ini tergantung kebutuhan kita. Kita bisa memilih “kos-kosan”, apartemen, atau bahkan berbagi apartemen. Tapi satu hal yang perlu diingat, kita akan menghabiskan banyak waktu di tempat ini, jadi sebisa mungkin pilih tempat yang benar-benar cocok dengan kita, dan bisa membuat kita merasa nyaman setiap waktu, terutama saat pulang di malam hari setelah seharian beraktivitas.


SIGN INTO YOUR ACCOUNT CREATE NEW ACCOUNT

 
×
CREATE ACCOUNT ALREADY HAVE AN ACCOUNT?
 
×
FORGOT YOUR DETAILS?
×

Go up